Enam Bulan Menjadi Orang Tua

Hari ini 21 Januari 2014, berarti sudah enam bulan lamanya saya dan istri resmi menjadi orang tua buat Aira. Tepat 21 Juli 2013 lalu kebahagiaan menjadi seorang ayah membuat saya bersemangat untuk menjalani hidup ini. Sekalipun ada saat-saat yang terkadang membuat saya ragu menjadi orang tua yang baik buat Aira. Saat itu mungkin saya anggap sebagai masa adaptasi atau lebih tepatnya masa orientasi menjadi orang tua. Mulai dari harus mengubah pola jam tidur sampai harus berurusan dengan perilaku yang terkadang membuat saya emosi sendiri. Kalau ingin dikenang masa itu, terkadang saya merasa jahat menjadi orang tua. Belum lagi masa-masa ketika istri saya harus dioperasi abses akibat penyakit mastitis. Banyak sekali yang menempa kehidupan saya sampai saat ini. Saya rasa kehidupan menjadi seorang ayah adalah sebuah proses untuk menjalankan amanah dari Allah SWT agar menjadi hamba yang bersyukur. Enam bulan bukan masa yang singkat dan bukan juga masa yang panjang. Masih banyak lagi momen-momen yang akan saya temukan sebagai seorang ayah bagi Aira.

Enam bulan lamanya Aira telah tumbuh menjadi anak yang super imut bagi saya. Banyak sekali kelucuan yang terjadi ketika bersama Aira sekalipun banyak juga momen penting yang terlewatkan oleh saya. Maklumlah, menjalankan tugas belajar di Bandung mengharuskan saya menyediakan waktu banyak untuk menyelesaikannya. Apalagi sekarang ini sudah saatnya menyelesaikan tesis yang belum kunjung memberikan cahaya terang. Saya anggap ini adalah konsekuensi yang harus saya hadapi. Momen penting Aira lebih banyak saya dapatkan dari kiriman foto, video, dan audio oleh istri saya, Bunda Aira. Saya hanya memantau perubahan Aira secara langsung selama tiga bulan penuh semenjak lahir hingga ke Bandung waktu itu. Setelah itu, Aira lebih banyak menghabiskan waktu bersama Bunda di Way Kanan Lampung. Saya terkadang hanya bisa bertemu dua kali dalam sebulan. Bahkan pernah juga sekali dalam sebulan. Ketika Aira bisa tengkurap, saya berada di Bandung. Aira mulai bisa mengoceh sendiri juga ketika saya masih di Bandung. Ocehannya hanya bisa saya dengarkan melalui audio yang dikirim oleh Bunda Aira. Ketika Aira mulai bisa kembali ke posisi berbaring dari tengkurap juga saya sedang ujian akhir semester. Sampai hari ini, Aira pertama kali mulai diberikan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu), saya sedang mempersiapkan perjalanan menuju Bandung. Pernah juga ketika Aira jatuh sakit saya masih di Bandung dan sedang berencana untuk jalan-jalan ke Bogor. Untunglah saya memutuskan untuk membatalkan rencana saya dan langsung kembali ke Lampung. Bagi saya, momen penting bersama anak sangat membahagiakan. Saya sering mengabadikan momen-momen penting itu dalam foto dan video. Sampai saat ini sudah ada ribuan foto yang saya simpan. Beberapa sudah saya cetak untuk dikirim ke nenek dan kakek Aira di Sulawesi Selatan.

Ah, betapa indahnya menjadi seorang ayah. Apakah kawan yang sudah menjadi ayah juga merasakan hal yang saya rasakan? Semoga iya. Saya berharap Aira tetap diberikan kesehatan dan kekuatan untuk tumbuh menjadi anak yang cerdas dan jujur sesuai namanya. Mahira Fitri Kamila. Semoga Allah SWT tetap menuntun saya dan istri untuk menjadi orang tua sholeh bagi Aira agar suatu saat dia bangga akan siapa orang tuanya. Saya tahu kelak Aira butuh uang, tetapi Aira lebih butuh bangga siapa orang tuanya. Bekerja dan menjadi orang tua harus menjadi satu kesatuan agar suatu saat Aira bisa tumbuh sesuai harapan orang tuanya. Saya sangat paham bahwa anak adalah cerminan orang tuanya jika dia tumbuh bersama orang tua. Semoga bulan-bulan berikutnya saya dan istri bisa tetap belajar dan belajar terus untuk menjadi orang tua sholeh buat Aira. Aamiin.

Leave a comment