Peringatan Bagi Pemimpin

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat hari sangat menyentuh seperti yang disampaikan oleh Khatib, Prof. Sanusi. Beliau membaca ayat 20 dari Surah Muhammad yang bercerita tentang peringatan dan kewaspadaan bagi Nabi Muhammad SAW menghadapi umatnya. Apa yang dibahas dalam ayat yang dibacakan oleh Khatib tadi? Coba kita simak dulu.

47_20
Dan orang-orang yang beriman berkata: “mengapa tidak diturunkan suatu surat?” Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan didalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka

Dalam penjelasan Khatib tadi, dikatakan bahwa sesungguhnya ada orang yang beriman ketika zaman Rasulullah SAW menanyakan kapan ayat tentang perintah berperang turun dari Allah SWT. Namun ketika ayat itu turun, orang beriman tadi ketakutan akan hilangnya jiwa mereka. Bahkan diperkuat dengan ayat lain di Surah Al-Maidah, bahwa ada orang yang kaya, sehat, dan kuat namun meminta izin untuk tidak berperang selayaknya anak-anak, orang tua, orang uzur, dan wanita. Sang khatib membahasnya ayat 20 tersebut dalam konsep kekinian. Artinya jika dikonsepkan bahwa saat Rasulullah SAW adalah pemimpin Islam, maka kini mungkin disebut dengan pemimpin negara. Beliau mengatakan bahwa konteks pemimpin saat ini menghadapi masyarakatnya telah berubah. Jika dulu pada zaman Umar Bin Khattab, sang Khalifah rela memanggul sendiri gandum untuk dibagikan ke warganya yang kelaparan. Saat ini, semakin tinggi posisi jabatan semakin egois juga manusia itu. Hal ini banyak sekali kita saksikan di Indonesia. Kebersamaan tidak lagi terlihat dalam masyarakat kita. Sekarang orang semakin berlomba-lomba untuk memanfaatkan orang lain dan bukan bermanfaat bagi orang lain.

Selain itu, khatib juga mengatakan bahwa masyarakat saat ini tidak punya keberanian atau semangat untuk berkorban demi kemajuan. Orang seperti itu dikatakan terpenjara pada kesenangan sesaat sehingga wawasan mereka menjadi pendek atau sempit. Wawasan yang sempit akhirnya membuat mereka hanya memikirkan perut dan di bawah perut mereka. Pantas jika Allah SWT dalam Surah Muhammad ayat 20 mengatakan orang seperti itu sudah proporsional masuk neraka. Bahkan di ayat yang lain dikatakan sebagai penghuni neraka jahanam. Na’udzubillah min dzalik. Jangan sampai kita menjadi manusia yang dikatakan seperti itu. Pada konteks saat ini, kita mungkin sudah puas melihat kedzaliman yang terjadi di sekeliling kita. Namun kebanyakan dari kita malah ikut dalam kedzaliman itu tanpa sadar.

Mungkin kawan masih ingat ketika G. Wilder membuat kontroversi yang menghina Rasulullah SAW? Semua umat Muslim dunia mengutuk tindakannya itu, bahkan banyak sekali komentar yang tidak pantas di Indonesia. Namun, ketika ada orang miskin yang kelaparan di sekeliling kita atau bahkan di lingkungan tempat tinggal kita, malah mata dan telinga ini sepertinya tertutup. Bukankah ini lebih dzalim lagi? Apalagi jika kita memiliki kemampuan untuk membantu mereka sekali itu seliter beras atau selembar uang 20 ribu. Ini yang dikatakan oleh khatib bahwa kebanyakan dari kita takut untuk berkorban demi kemajuan. Belum lagi Indonesia akan menghadapi pemilu raya, banyak orang berlomba-lomba ingin dipilih dengan alasan demi masyarakat bawah. Bahkan ada gubuk yang penuh dengan tempelan poster caleg namun tidak satu pun yang membantu si pemilik gubuk untuk keluar dari jeratan kemiskinan. Inikah wakil yang kita harapkan untuk memikirkan nasib bangsa kita selanjutnya? Saya rasa apa yang dikatakan Allah SWT dalam Surah Muhammad ayat 20 akan menimpa semua pemimpin yang takut untuk berjuang di jalan Allah, bahwa balasannya adalah neraka. Semoga pemimpin yang dipilih nanti akan menjadi pemimpin yang amanah terhadap bangsanya. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.

Leave a comment