Punya Cara Sendiri

Bagi seorang ayah yang melihat tumbuh kembang anak secara langsung, bagi saya adalah kebahagiaan yang patut untuk disyukuri. Bahkan sekalipun informasi perkembangan anak didapatkan melalui percakapan telepon saja harus disyukuri. Setidaknya kita sebagai orang tua mengetahui bahwa anak kita telah tumbuh berkembang sesuai dengan pertambahan umurnya. Saya sendiri merasa sangat bahagia ketika mendengar anak saya, Aira, sudah bisa duduk dengan sendiri.

Awalnya saya sebenarnya sedikit khawatir melihat perkembangan Aira yang sedikit terlambat dengan bayi se-usianya. Sekalipun pada akhirnya saya sadar bahwa setiap bayi itu unik dan tidak boleh dibandingkan dengan bayi lainnya. Tetapi sebagai orang tua, selalu saja ada pertanyaan kok anakku belum begini yah? Saya kira itu lumrah asal tidak berlebihan. Saya juga selalu berusaha menanamkan sikap bahwa setiap anak harus di-treatment sesuai perkembangan individu mereka. Bukan menggunakan cara perbandingan dengan bayi lainnya. Jadi ketika Aira berumur 9 bulan dan belum bisa duduk sendiri, saya santai saja sekalipun sering mendengar pertanyaan atau pernyataan tetangga. “Aira belum bisa duduk sendiri ya?” atau “Si itu udah bisa duduk sendiri tuh, padahal lebih muda dari Aira lho”. Setidaknya hal seperti itu sering kali saya dengar.

Istri saya juga sempat merasa khawatir mengapa Aira lebih lama duduk dibandingkan yang lain. Tetapi kami mencoba melihat sisi lain yang mungkin tidak dilihat oleh orang lain, bahwa gigi Aira tumbuh lebih awal dibandingkan lainnya. Bahkan sekarang jumlahnya sudah mendekati sepuluh, sedangkan bayi se-umur bahkan lebih tua dari Aira ada yang belum tumbuh giginya. Kembali ke masalah duduk, sebenarnya Aira bukan tidak bisa duduk sendiri. Hanya saja, dia punya cara sendiri untuk duduk. Biasanya bayi belajar duduk sendiri dengan mengambil posisi merangkak lalu mundur dan duduk. Aira duduk dengan cara mencari sandaran, lebih sering badan saya atau bundanya, lalu menopang tubuhnya dengan tangan kanan lalu duduk. Tentunya duduk dengan tetap bersandar dan terlihat santai sekali bermain. Melihat hal itu saja sudah sangat bahagia karena tingkah lucu Aira. Saya menyebut cara itu duduk ala Aira.

Senyum Aira setelah berhasil duduk dengan bantuan pinggiran kolam angin
Senyum Aira setelah berhasil duduk dengan bantuan pinggiran kolam angin

Perkembangan bayi memang berbeda-beda, saya sudah berkali-kali mengatakan ini. Setiap orang tua harusnya melihat perkembangan bayi dari sudut pandang berbeda pula. Kesalahan yang sering terjadi adalah orang tua mencoba membandingkan bayi mereka dengan bayi yang lain atau dengan saudaranya saat masih bayi. Perbandingan yang dilakukan pun berusaha menyamakan kondisi dua bayi berbeda tadi. Akhirnya orang tua terjebak pada stimulus berlebihan pada bayi untuk mengejar ‘ketertinggalan’ tumbuh kembang bayi mereka (tentunya ini terlalu subjektif). Saya sendiri harus membaca beberapa buku Parenting untuk mengetahui statistik dan pengetahuan tentang tumbuh kembang bayi secara mayoritas. Sekalipun tidak akan sama persis dengan buku, tetapi setidaknya kita punya referensi jelas untuk memperhatikan perkembangan bayi. Salah satu referensi yang saya gunakan adalah Raising Your Child. Buku ini pernah saya bahas pada tulisan sebelumnya.

Saya sangat meyakini perbedaan tumbuh kembang bayi di dunia ada hikmahnya. Pasangan yang siap menjadi orang tua pastinya akan sependapat dengan saya dan tentu akan mengatakan hal itu juga. Berbeda jika pasangan yang belum siap menjadi orang tua tetapi sudah ingin punya anak. Pasangan seperti ini biasanya lebih senang jika anaknya diasuh oleh nanny atau oleh nenek si bayi. Sedangkan mereka fokus bekerja mengejar karir mereka dan anak hanya sebagai komoditas pameran ke teman atau keluarga lainnya. Oke, kembali ke masalah perkembangan bayi. Allah SWT memberikan pelajaran penting kepada kita melalui perkembangan bayi. Kita tidak boleh memaksakan pertumbuhan untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Stimulus boleh dilakukan tetapi tidak berlebihan sehingga merusak siklus pertumbuhan. Contohnya, banyak sekali orang tua yang menstimulus berlebihan pada bayi untuk bisa berjalan. Ada yang memberikan baby walker pada bayi 6 bulan agar cepat berjalan. Padahal, hampir semua pakar perkembangan anak mengatakan bahwa penggunaan baby walker pada anak justru akan memberikan efek tidak baik bagi bayi. Ada yang bayinya menjadi malas karena selalu ditopang oleh baby walker, ada juga yang jatuh terguling, ada yang bermasalah di fisiologis kakinya, dan banyak sekali. Hal ini saya saja dengan pemberian pupuk yang berlebihan pada tanaman sehingga tanaman tumbuh cepat tetapi batangnya tidak mampu menopang pertumbuhan. Semoga saya dan kawan sekalian yang sudah diberikan titipan indah dari Tuhan, berusaha untuk menjadi orang tua yang baik. Anak yang baik akan tumbuh dari orang tua yang baik. Jadi jika ingin mendapatkan anak yang baik, jadilah orang tua yang baik. Bukan dengan memaksanya untuk menjadi anak baik sedangkan kita menunjukkan sifat yang sebaliknya. Keep being dummy, so you always try and learn for being a good parent.

Leave a comment