Kenangan Terpatri di Pasar Seni ITB 2014

pasar seni

Saya tidak henti-hentinya bersyukur bisa ada di Bandung hari ini. Khususnya di ITB. Apalagi kalau bukan karena Pasar Seni ITB 2014. Sebuah pagelaran seni yang menjadi agenda empat tahunan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Fakultas yang hampir saja saya masuki sepuluh tahun lalu. Ah, itu masa lalu, sekarang waktu bercerita tentang masa kini.

Sejak pukul 6 pagi saya sudah hilir mudik di sekitar venue acara Pasar Seni. Sekalipun panitia masih bersiap-siap dan masih banyak instalasi seni yang belum terpasang, tetapi saya senang sekali karena ITB masih sepi. Acara ini sejatinya dibuka secara resmi pukul 8 pagi. Saya berkeliling dulu untuk memotret beberapa instalasi seni yang tersebar di daerah kampus ITB. Sekalipun saya masih punya waktu untuk memotret tanpa gangguan orang yang lalu lalang, tidak semua instalasi berhasil saya potret. Sayang sekali, saya menghabiskan waktu hanya dengan melihat dan kagum dengan hasil kerja panitia acara ini. Tapi tak apalah, setidaknya ingatan saya tetap akan menyimpan memori tentang acara ini.

Acara Pembukaan

Pasar Seni ITB 2014 dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Barat dan Rektor ITB. Sebelumnya, kata sambutan dari beberapa tamu penting mengawali acara pembukaan pagi tadi. Semua sambutan menarik untuk disimak. Bukan hanya itu, laporan ketua panitia pun sentimentil sekali. Sang ketua sempat menitikkan air mata karena haru. Acara yang dikerjakan oleh panitia dimulai sejak tahun 2012 ini akhirnya bisa terlaksana. Sambutan Walikota Bandung, seperti biasanya selalu saja menarik perhatian. Ketika Kang Emil menuju pengeras suara, sontak penonton berteriak dan bertepuk tangan. Betapa cintanya warga Bandung terhadap walikota mereka ini. Kang Aher, Gubernur Jawa Barat, tidak kalah menarik sambutan beliau. Beliau bahkan membahas tema utama Pasar Seni ITB 2014 dengan pendekatan seni Islam. Beliau menyampaikan ada tiga Aku yang harus baik dan seimbang bagi setiap manusia berdasarkan komtemplasi Imam Al-Gazali. Aku Diri, Aku Sosial, dan Aku Nilai. Mungkin ini perlu dibahas dalam satu tulisan mendatang. Setelah acara dibuka secara resmi, ribuan orang langsung merangsek masuk ke area pameran seni yang tersebar di dalam dan luar kampus ITB. Sontak ITB menjadi lautan manusia yang lapar mata. Tentu saja, semua tempat menjadi ajang selfie. Hehehe. Ini mah kayaknya sudah menjadi Sunnah Muakkad bagi pengunjung.

Lokasi pameran terbagi menjadi beberapa tempat. Aula Barat ITB diisi dengan pameran Semestarium dan Aula Timur disulap menjadi museum karya anak FSRD yang menarik sekali untuk dilihat. Saya tidak sempat datang ke tempat itu karena antrian yang panjang sekali sampai sore. Saat agak sepi saya ke sana, eh ternyata ditutup karena istirahat. Pantas saja sepi. Gigit jari deh. Di lapangan Cinta ITB dan lapangan voli terdapat stand pameran karya seni dari beberapa Galeri Seni. Pameran ini sekaligus untuk jualan karya seni. Harganya beragam dari Rp. 100 ribu sampai ratusan juta rupiah. Rata-rata galeri mendapat animo positif dari pengunjung, terlihat dari label SOLD dan SOLD OUT. Saya mencoba untuk mengerti sebuah karya seni, namun bingung pada akhirnya. Bagaimana bisa sebuah lukisan seperti tumpahan cat bisa laku jutaan rupiah? Entahlah, saya gagal untuk paham arti sebuah seni lukis.

Venue lainnya diisi oleh stand pameran produk-produk lokal dan UMKM. Menarik sekali karena tidak ada satu pun yang saya kenali produknya. Semua baru di mata saya. Produknya menarik sekali dan harganya juga cukup terjangkau. Hanya saja saya tidak tertarik untuk berbelanja. Cukup mata ini yang dikenyangkan dengan melihat produk-produk itu (alasan orang tak punya uang, hehehe). Venue yang sangat menarik perhatian saya adalah area jajanan dan makanan. Nah, kalau di daerah ini tak apalah mengeluarkan beberapa lembaran Pattimura untuk berbelanja. Jadilah saya membeli Sosis Bakar dan French Fries. Perut kenyang hati senang.

Secara keseluruhan, Pasar Seni ITB 2014 saya anggap sukses besar. Pengunjung tak kunjung habis sampai penutupan acara tadi. Bahkan masih banyak yang bertahan untuk melihat instalasi seni yang masih terpasang sekalipun beberapa venue sudah dibereskan oleh panitia. Kesuksesan ini bukan tanpa cacat. Bukan karena cacat pelaksanaan, tapi cacatnya mental sebagian besar pengunjung yang membuang sampah di sembarang tempat. Sayang sekali acara sebesar ini harus dikotori dengan sampah bungkus makanan dan minuman. Panitia pun cukup kewalahan dalam pantauan saya. Mereka sudah menyebarkan kantong sampah di beberapa titik di sekitar tempat acara. Namun, tidak mampu menampung semua sampah dengan baik. Parahnya lagi pengunjung menambah berat kerja panitia karena membuang sampah di sembarang tempat. Ini memang PR bersama untuk semua orang.

Terlepas dari semua cacat itu, saya sangat bangga menjadi bagian dari ITB yang telah berhasil melaksanakan acara bertaraf nasional bahkan internasional kalau boleh dikata. Mudah-mudahan empat tahun yang akan datang, ketika umur ini masih panjang, saya ingin sekali datang ke Bandung untuk melihat Pasar Seni 2018. Aira juga sudah besar saat itu, jadi dia bisa melihat acara keren ini. Semoga Allah SWT memudahkan urusan mendatang. Saya berterima kasih juga kepada panitia Pasar Seni ITB yang sudah membuat acara menakjubkan ini. Hidup terus seni nusantara. Hidup terus semangat Pasar Seni ITB. Oh ya, foto hasil jepretan saya akan saya tampilkan di posting lainnya. Silahkan ke Potret Pasar Seni ITB 2014.

One thought on “Kenangan Terpatri di Pasar Seni ITB 2014

Leave a comment