Balada si Buah Berduri

Nah, ini dia durian idaman saya, sumber:bittermelon.us

Kawan suka durian? Saya termasuk salah satu penggemar berat buah berduri ini. Kami sekeluarga sebenarnya penggila durian, makanya ayah dan bunda saya menanam puluhan pohon durian di kebun dan belakang rumah. Saya sudah mencicipi hasil tanam ayah dan bunda di Mamuju. Sayang saat ini saya sudah tidak bisa menikmati durian hasil panen di kebun orang tua karena tinggal berjauhan dengan mereka. Tetapi daerah tempat tinggal saya saat ini juga punya banyak kebun durian. Jadi, saya tetap bisa makan durian sekalipun harus merogoh kocek.

Durian hasil tanam sendiri dengan durian yang dibeli tentu rasanya beda. Bukan dalam urusan bayar atau tidak, tetapi kita tidak bisa memastikan isinya bagus atau tidak. Kalau durian milik sendiri, saya bisa memilih isi yang bagus untuk dimakan. Kalau ada yang tidak bagus pasti dibuat lempok (selai durian). Nah, durian yang dibeli di pinggir jalan atau di pasar tidak bisa dipercaya seratus persen. Si penjual pasti mengatakan isinya bagus padahal seringkali tidak sesuai ucapannya. Terkadang juga ada penjual yang berbaik hati menunjukkan isinya sebelum dibeli. Nah, penjual seperti ini sangat sulit ditemukan. Kalaupun ada, pasti harga duriannya mahal atau dagangan mereka cepat habis.

Saya beberapa hari ini tengah melakukan perburuan (lebay) durian di Blambangan Umpu, tempat kerja si Bunda Aira. Di sini sedang musim durian dan begitu juga di Bandar Lampung tentunya karena sebagian durian yang dijual berasal dari sini. Semenjak hari pertama di tempat istri, saya sudah dibawakan empat biji durian. Si Bunda membeli dengan harga 50ribu. Hasilnya tidak mengecewakan lah, sekalipun hanya ada satu biji yang isinya lumayan bagus. Sedangkan yang lainnya terlalu tipis daging buahnya. Selang beberapa hari saya memutuskan untuk membeli sendiri. Hasilnya? Mengecewakan. Ternyata tiga biji durian yang saya beli tidak enak sama sekali. Kecewalah pembeli hiks..hiks..hiks. Ternyata ketidakberuntungan saya masih terulang hingga hari ini. Durian yang saya beli pagi ini justru tidak bisa dimakan sama sekali karena busuk semua. Padahal kulitnya terlihat bagus sekali. Kalau kata orang, “Rugi Mamang”. Penjual di pasar memang tidak ada yang bisa dipercaya karena isinya bohong. Kalaupun jujur, ya jadi seperti ibu saya yang sering dibohongi sesama penjual. Ups, saya tidak mengatakan semua penjual di pasar pembohong ya, tapi kebanyakan dari mereka tukang bohong. Lha, ini kok ngomong penjual di pasar ya? Hehehe. Inilah cerita saya yang masih belum puas makan durian. Apa cerita kawan?

Leave a comment