Rindu Daripada Kopi

Senang sekali rasanya bisa kembali beraktivitas sebagai dosen di Kampus Teknokrat. Bukan senang karena bisa sibuk lagi, tetapi gembira bisa bertemu dengan rekan-rekan dan tentunya dengan mahasiswa. Ada banyak sekali perubahan di tempat kerja saya ini. Tapi, bukan itu yang ingin saya bahas sekarang. Saya ingin membahas tentang urusan per-kopi-an di Bandar Lampung. Kawan mungkin tau kalau kopi Lampung juga termasuk salah satu kopi yang digemari banyak orang. Mungkin karena lidah sebagian dari kita lebih suka kopi pahit (robusta) daripada kopi masam (arabika). Kalau saya sih lebih senang dengan arabika.

Kopi, sumber: sandboxgeneral.com

Di hari pertama aktif sebagai dosen saya masih sulit untuk menyesuaikan kebiasaan saya. Kalau dulu masih berstatus mahasiswa, saya punya waktu istirahat tidur siang. Kalau sekarang sulit sekali untuk melakukan hal itu karena saya bekerja dari pagi hingga petang. Belum lagi kalau dapat kelas malam seperti hari ini. Mata ini sudah mulai mengantuk setelah sholat dzuhur. Nah, cara saya biasanya minum kopi hitam atau lebih sering sih Latte. Saya agak kesulitan menemukan kopi yang pas di lidah di sini. Kalau di Bandung, saya lebih sering minum kopi di Starbucks atau Two Beans Coffee. Terkadang juga di Java Preanger atau Denny’s Coffee. Kalau di Lampung ada El’s Coffee yang punya kemiripan dengan warung kopi tadi. Nah, tadi pagi saya sempatkan untuk membeli secangkir kopi Latte di El’s. Saya kira rasanya tidak jauh berbeda dengan warung kopi di Bandung, ternyata rasanya tidak karuan.

Kopi yang saya beli di El’s Coffee tidak enak di lidah. Ini penilaian subjektif saya sendiri karena lidah saya punya preferensi sendiri hihihi. Kalaupun kawan yang di Bandar Lampung mengatakan kopi El’s enak, ya itu tergantung selera masing-masing. Kenapa saya mengatakan tidak mantap di lidah saya? Sekali lagi ini berdasarkan pengecapan lidah saya dan pengalaman sebelumnya. Kopi El’s menggunakan susu merek Diamond sedangkan kopi yang menjadi langganan saya menggunakan Greenfields. Tentu rasanya jauh berbeda dan saya memang lebih suka dengan susu Greenfields. Jadi, pengalaman pertama mencoba kopi di sana langsung mendapat kesan tidak enak. Mungkin juga karena kopi yang mereka gunakan bukan kopi berkualitas. Saya sempat menanyakan kopi yang mereka gunakan. Katanya itu kopi blended Arabika dan Robusta. Komposisinya saya tidak tanya lagi. Belum lagi cara penyajian mereka juga kurang meyakinkan, masih kalah dengan Two Beans Coffee. Tapi ya sudah lah, ini kan cuma pendapat pribadi. Jadi saya tidak ambil kisah, tapi El’s Coffee sudah kehilangan satu calon pelanggan setia mereka, yaitu saya. Eh, terkesan saya ini terlalu penting buat mereka hehehehe.

Saya benar-benar rindu dengan kopi nikmat seperti di Bandung. Kalau tidak bisa, kayaknya saya harus menyiapkan alat kopi sendiri supaya bisa sesuai selera. Ada sih biji kopi Toraja dari Aroma, tapi sayangnya saya tidak punya grinder. Hmmm, sepertinya grinder tangan Tiamo akan menjadi prioritas belanja saya bulan ini.

One thought on “Rindu Daripada Kopi

Leave a comment