When a Home Just a House

Apa rasanya ketika rumah hanya terasa seperti gedung tanpa makna? Sepi yang akut tentunya. Justru kantor menjadi rumah yang “nyaman” untuk menghindar dari sepi. Itulah yang saya rasakan ketika tidak ada siapapun di rumah. Hidup jauh dari anak dan istri ternyata memberikan kesan yang tidak enak. Saya menjadi lupa rasanya menjadi suami bagi istri dan ayah bagi anak. Halah, ini terlalu lebay untuk dibahas di blog ini, tetapi itulah nyatanya. Saya menjadi miskin karya karena di otak saya hanya mereka yang selalu menggelayut.

Kawan yang merasakan hal seperti ini mungkin akan setuju dengan saya. Terkadang kita akan memilih pulang lebih lama dari sebelumnya. Kebanyakan dari kita memutuskan untuk menenggelamkan diri dalam tumpukan pekerjaan supaya lupa dengan rasa rindu. Itulah juga yang saya lakukan. Posting blog ini tidak jauh dari rasa rindu dengan keluarga. Jadinya saya sulit untuk kembali pada proyek 101 Hari. Padahal sudah sampai 66 gambar yang saya bahas.

Ya kiranya itulah yang bisa saya tuliskan dalam episode rindu kali ini. Rindu tak membuatku bisa bertutur dengan logika. Rindu hanya membuat diriku tenggelam dalam samudera kata-kata syahdu. Idih, lebay rasanya. Hihihi

Leave a comment