24/7 Masih Belum Cukup?

 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).

Bumi ini selalu berputar pada porosnya setiap detik. Siang dan malam berganti mengantarkan anak manusia merasakan perubahan. Waktu selalu berputar. Allah SWT telah menyediakan 24 jam setiap 7 hari, namun manusia selalu merasa tidak punya waktu yang cukup. Yah, manusia merasa 24/7 selalu saja kurang untuk hidup di dalamnya. Saya jadi bertanya, apakah memang waktu yang tentunya sudah diatur secara proporsional oleh Tuhan tidak cukup? Atau memang manusia yang kurang bisa memanfaatkan waktu? Atau memangkah kita menjadi tidak bersyukur dengan waktu yang dialokasikan oleh Tuhan?

Apa pasal bicara masalah waktu? Seringkali saya mendengar atau merasakan sendiri bahwa waktu dalam sehari ini rasanya kurang. Hidup sebagai manusia pekerja membuat kita disibukkan dengan kegiatan duniawi yang katanya super padat. Bahkan untuk sekedar makan saja tidak ada waktu. Apalagi untuk sejenak bersimpuh menghadapkan diri pada Illahi. Kenapa waktu ini rasanya kurang? Apakah karena pekerjaan padat? Atau pikiran kita yang terlalu disibukkan oleh kehidupan duniawi? Mungkin, kita merasa waktu ini kurang karena lupa meminta kelonggaran pada Sang Maha Pemilik Waktu. Bukankah Kanjeng Nabi sudah mengingatkan untuk mengingat masa lapang sebelum masa sempit? Lalu apa yang membuat kita berpikir seperti itu?

Kawan mungkin tau mengapa waktu terasa sempit setiap hari? Kalau menurut saya ada satu kata yang tepat yaitu STRESS. Terlalu banyak tekanan dalam pikiran. Mungkin karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dalam satu kurun waktu tertentu. Mungkin juga masalah finansial yang memaksa kita untuk bekerja di luar kewajaran. Mungkin juga tubuh kita sudah terlalu lelah untuk mengimbangi rutinitas kerja kita sehari-hari. Lalu, apa solusinya kawan? Saya kira kawan akan menjawab, manajemen waktu-lah solusinya.

Saya juga mengira itulah solusi yang paling tepat. Manajemen waktu yang syar’i. Apa pula itu? Saya manajemen waktu saja belum cukup. Namun ketika kita menambahkan elemen ibadah di dalamnya, solusi ini menjadi lebih sempurna. Kenapa harus mencantumkan ibadah dalam manajemen waktu? Cobalah kawan bayangkan. Hidup sebagai Muslim sejak dulu selalu diingatkan oleh Allah SWT. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang berada dalam kerugian seperti yang diterangkan dalam surah Al-A’shr. Allah SWT sedemikian rupa memberikan perintah shalat 5 waktu yang tentunya ada maknanya. Saya tidak akan bicara soal pembagian waktu ini di sini. Silahkanlah kawan bertanya langsung pada ahli tafsir atau guru mengaji masing-masing. Shalat wajib memang mengajak kita untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk duniawi. Bagaimana kalau kita punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan? Saya rasa, berhenti sejenak untuk menenangkan pikiran dengan bermunajat pada-Nya, akan memberikan ketenangan. Tapi, hal ini mudah untuk diucapkan namun sulit untuk dilaksanakan. Kenapa? Kita mungkin mudah terdistraksi atau suka berleha-leha hingga lupa waktu.

Saya anggap, tidak ada alasan lagi untuk merasa waktu ini tidak cukup. Saya kira kita sering lupa waktu daripada tidak cukup waktu. Jadi kawan, berhentilah sekejap saja dari kesibukan. Ambillah waktu untuk berdoa. Kerja memang ibadah, tetapi shalat penuntunnya. Semoga ini menjadi peringatan buat saya juga. Itu saja sih.

Leave a comment