Bicara Soal Dedikasi

Kalau dulu saya pernah menulis tentang Mengajar Dengan Cinta, kali ini saya ingin berbicara sedikit tentang dedikasi. Kalau kita mau merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, dedikasi bisa dikatakan seperti berikut ini.

de.di.ka.si
pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia; pengabdian

Lalu, mengapa dedikasi menjadi bahasan saya? Apa kaitannya dengan tulisan sebelumnya? Oke, ini sepertinya akan sedikit berbau kritik atau mungkin juga sedikit narsis tentang saya. hihihi.

Saya saat ini masih tercatat sebagai pengajar muda pada sebuah perguruan tinggi swasta di Lampung. Katanya nih, kampus saya adalah salah satu kampus terbaik di Lampung (ini versi saya). Profesi sebagai dosen menjadi pilihan utama saya sejak dulu, dan Alhamdulillah sampai saat ini masih tetap bertahan. Popularitas kampus yang bisa dikatakan tinggi secara tidak langsung menjadi beban bagi saya sebagai pengajar. Mahasiswa yang memilih kampus saya untuk berkuliah tentu berharap suatu saat mereka akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat demi masa depan mereka. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa tidak jarang juga ada mahasiswa yang hanya ingin mendapatkan ijazah dari kampus ternama di Lampung. Nah, ini sedikit narsis hihihi. Bukankah semua kampus juga biasanya begitu?

Keragaman tujuan dan pola pikir mahasiswa ini membuat saya harus kerja keras demi mewujudkan harapan mereka. Tentu ini cara yang tidak efektif karena kuliah sangat jauh berbeda dengan kehidupan saat SMA. Mahasiswa lebih bebas memilih mata kuliah yang akan mereka pelajari. Tidak seperti SMA yang kelas dan mata pelajarannya selalu sama sampai lulus. Pengajaran di kelas tidak terlalu efektif menurut saya. Tidak semua mahasiswa datang untuk belajar karena mereka hanya memenuhi status quo bahwa mahasiswa harus hadir minimal 80% dari total pertemuan. Kalau urusan materi kuliah, saya juga tidak bisa memberikan seutuhnya. Ini jadi dilema. Di saat saya mengejar selesainya materi ajar, saya luput dengan ketersampaian materi. Artinya mahasiswa tidak mendapatkan apa-apa selain bingung dengan materi yang saya sampaikan. Bahkan untuk “nyantol” sedikit pun tidak. Ini terbukti saat Ujian Akhir Semester, bisa dikatakan 80% mahasiswa tidak mampu menjawab pertanyaan ujian dengan baik dan benar. Bahkan tidak sedikit yang hanya menyalin isi slide presentasi saya walaupun antara pertanyaan dan jawaban tidak “nyambung” sama sekali.

Lalu, apa yang harus saya lakukan kawan? Haruskah saya biarkan saja ketidakpahaman mahasiswa ini? Saya rasa tidak. Mungkin saat ini saya masih kurang berdedikasi dengan profesi sebagai dosen. Bisa juga diartikan saya kurang memahami apa yang disampaikan ke mahasiswa. Akhirnya saya sulit untuk menyampaikan materi dengan bahasa yang sederhana untuk mereka pahami. Perlu banyak belajar sih.

Salah satu cara untuk mengarahkan pola pikir akademis pada mahasiswa adalah ketika membimbing skripsi. Ini jalan yang saya gunakan untuk membentuk pola pikir akademis itu. Sekalipun terkadang cara ini diganjal dengan banyaknya jumlah bimbingan. Belum lagi tugas di luar kegiatan pengajaran yang terlalu membebani. Ini sih sedikit curahan hati saya. Biar tidak membebani pikiran. Cukup di badan saja. Entoch bisa diatasi dengan istirahat dan nutrisi yang sehat. Kalau beban di pikiran bisa stress dan cepat tua. hihihi. Saat ini sangat sulit bagi saya untuk membangun lingkungan akademis yang dapat membentuk pola pikir itu. Lingkungan yang terlalu pragmatis, rekan kerja yang oportunis dan selebritis, mahasiswa yang apatis, dan banyak lagi. Walaupun itu tidak boleh dijadikan excuse, karena semua tempat juga punya lingkungan seperti itu. Saya rasa perlu kolaborasi untuk menciptakan lingkungan akademis. Tetapi tidak semua kawan dosen memiliki dedikasi terhadap pekerjaan mereka. Lebih banyak hanya mau menikmati honor mengajar dan bangga dengan “profesionalisme” mereka sebagai dosen. Saya sih belum bisa juga dikatakan berdedikasi, tetapi berusaha untuk mencapai itu. Urusan rezeki mah itu urusan Allah SWT. Saya sih yang penting kerja. Syukur-syukur bisa mengajarkan saya tentang keikhlasan dalam mengajar. Saya kira itulah dedikasi. Kalau menurut kawan bagaimana?

Leave a comment