Diracuni Mahasiswa

Wah, sudah lama rasanya tidak menulis di blog ini. Bang Akrie rasanya menjadi sepi tanpa tulisan. Saya juga menjadi kurang produktif lagi baik di sini dan di dunia nyata. Pekerjaan yang selalu menjadi alasan membuat saya malas untuk menulis di blog. Ternyata, entah saya sadari atau tidak berpengaruh terhadap kinerja saya di kantor. Tanpa menulis blog, saya menjadi tidak mood untuk mengerjakan penelitian. Boleh percaya, boleh juga tidak kawan. Hihihihi

Oke, kali saya mau cerita sedikit tentang judul saya ini. Beberapa hari ini saya kembali keranjingan akan suatu hal yang telah saya tinggal beberapa bulan silam. Ini gara-gara saya bertemu atau mungkin dipertemukan dengan mahasiswa bimbingan yang ternyata punya kegilaan pada hal yang pernah saya singgahi. Kawan penasaran kan? Hihihihi. Saya telah diberi “racun” oleh seorang mahasiswa yang bernama Muhammad Joko Suharyanto a.k.a Koko. Racun apa gerangan? Tidak lain adalah racun audio gear alias headphone dan in-earphone.

Dulu saya pernah membahas tentang sebuah komunitas pecinta audio gear, Kere Hore. Nah, setelah saya mendapatkan eargasm dengan Phrodi M201, serta merta saya meninggalkan komunitas yang penuh racun itu. Sebelum saya mengatakan “I’m sorry my dear wallet” pada diri sendiri, segera saya menghentikan aktivitas pencarian iem atau audio gear. Kere Hore hanya menjadi kenangan yang pernah saya singgahi. Agak lebay yah hihihihi. Entah kenapa saya dipertemukan kembali dengan komunitas ini lagi. Okelah kawan, coba saya ceritakan kronologinya. Nah, tambah lebay lagi hihihi.

Waktu itu, saya melakukan proses bimbingan seperti biasanya. Kami berkumpul di perpustakaan sambil mengerjakan laporan yang harus diselesaikan dalam masa dua minggu. Sosok Koko ini menarik perhatian saya, bukan karena orangnya (emang saya cowok apapun? hehehe) tetapi karena sebuah headphone yang menempel di telinganya. Saya penasaran ingin mencoba dan ternyata bukan hanya headphone yang menarik perhatian, melainkan amplifier yang terkoneksi dengan headphone itu. Akhirnya jadilah proses bimbingan menjadi cerita impresi tentang headphone yang dimiliki oleh Koko. Bukan cuma itu, dia juga membawa iem (in-ear monitor). Saya lupa mereknya. Saya yang bangga dengan Phrodi M201 kala itu langsung minder dengan kualitas suara iem yang dimilikinya. Walaupun tidak sesuai dengan genre musik saya yang sedikit pop dan jazz, iem si Koko ini “cling” sekali. Sekali lagi, saya mencapai eargasm.

Selang beberapa hari bimbingan, si Koko semakin meracuni saya dengan koleksi yang dimilikinya. Bahkan dia punya musik dengan kualitas FLAC yang lumayan banyak. Hmmm… sepertinya ada beberapa koleksi lagu saya yang harus meninggalkan hardisk dengan “Permanently Delete”. Hehehe. Saya semakin teracuni setelah diundang untuk bergabung dengan Warung Audio Kere Hore. Makin terbuka lagi mata saya, ternyata dunia Kere Hore sudah berkembang pesat dengan berbagai pilihan iem dan headphone yang super ciamik. Untunglah saya masih sadar, kalau tidak mungkin tabungan di rekening bisa berkurang untuk belanja Headphone. Hihihihi… Kalau kejadian, bisa-bisa bendahara negara memotong anggaran belanja karena pengadaan yang tidak sesuai dengan APBRT. Mungkin bisa kalau mengajukan pengadaaan yang sesuai dengan pagu anggaran perubahan nantinya. Hahahaha… Kacau nih, saya sudah teracuni kembali.

Nah, berhubung racun sudah menyebar ke seluruh aliran darah, bolehlah kiranya saya menyiapkan anggaran untuk ATH-M50 yang dulunya tidak terbeli. Sudah saatnya untuk bekerja lebih keras lagi demi menawar racun yang sudah menyebar tak terbendung. Hihihihi. Semoga setelah eargasm dengan ATH-M50, racun itu bisa hilang dan saya stop sampai di situ saja. Sekalipun itu tidak menjamin. Hahahaha… Itu aja dulu deh.

One thought on “Diracuni Mahasiswa

Leave a comment