[101% Indonesia #59] Jalur Najis

059

Kawan sekalian yang pernah menggunakan moda transportasi kereta api untuk bepergian tentu pernah punya pengalaman dengan toiletnya. Oke, pembicaraan ini tentu sedikit jorok karena berhubungan dengan “panggilan alam” dalam perut. Saya sendiri sudah sering menggunakan toilet kereta api kalau bepergian dari Bandar Lampung ke Way Kanan. Satu-satunya pilihan murah untuk menuju tempat istri saya bekerja adalah kereta api.

Nah ini urusan toilet kereta api Indonesia yang mungkin membuat kita jijik tentunya. Jijik melihat toilet yang kotor dan bau, dan jijik membayangkan kotoran itu bertebaran di sepanjang jalur kereta. Kawan sekalian tentu tau kenapa kotoran manusia yang menumpang kereta bisa bertebaran di jalur rel. Yak, ternyata lubang kakus langsung menuju rel kereta. Hal ini sudah berlangsung sejak lama. Saya belum tau apakah hal ini juga sama seperti kereta di luar negeri. Semoga suatu saat saya bisa mencoba kereta shinkansen Jepang untuk mengetahuinya. Kalau di India kemungkinan punya masalah yang sama dengan Indonesia.

Saya tidak bisa berkomentar untuk urusan ini terlalu jauh. Ini sudah menjadi tanggung jawab penuh bagi PT KAI untuk memperbaiki dan memperhatikan kebersihan gerbong kereta termasuk urusan toilet ini. Kalau tetap seperti itu, bukankan malah kereta menjadi penebar kotoran di sepanjang rel. Kalau dibuang di jalur yang melintasi hutan mungkin masih bisa dimaafkan, tetapi kalau melintas di sekitar pemukiman penduduk tentu saja ini jorok sekali. Tidak jarang juga pengguna toilet tidak menyiram buangan isi perut mereka. Ini menambah daftar panjang joroknya toilet kereta api Indonesia. Himbauan untuk menggunakan toilet saat kereta sedang berjalan pun tidak diindahkan oleh penumpang. Bayangkan kalau kereta sedang singgah di stasiun, lalu ada yang buang air besar di toilet. Tentu setelah kereta meninggalkan stasiun, akan ada bau familiar yang tidak nyaman di hidung orang sekitar stasiun. Ih, jorok.

Kawan yang belum pernah berurusan langsung dengan toilet kereta sih mungkin bergidik geli dengan cerita ini. Tapi bayangkan kalau ternyata kawan menjadi penumpang kereta dan ternyata ada “panggilan alam” yang tidak dapat ditunda. Tentu pilihan terberat adalah menggunakan toilet kereta. So, sekali lagi ini bukan salah penumpang tetapi penyedia layanan yang tidak perhatian pada kebersihan. So, lebih baik saya cukupkan cerita jorok ini. Nanti ada kawan yang justru kehilangan selera makan atau bahkan muntah. Hihihi.

4 thoughts on “[101% Indonesia #59] Jalur Najis

      1. Oooo…pasti kata “diindahkan” ya? Kawan saya juga negur awalnya, dikiranya “mengindahkan” itu berarti “tidak peduli” padahal sebaliknya. Hehehe

        Like

Leave a comment