Kenali Siapa Lawan, Siapa Kawan

My Friend become my enemy and my enemy become my friend

Itu mungkin salah satu dialog dalam film Sky High yang rilis tahun 2005. Sekilas cerita dalam film itu menggambarkan keadaan yang sedang saya alami saat ini. Mengenal kawan dan lawan sama halnya menentukan pilihan kepada siapa kita akan percaya untuk mendukung dan melindungi kita. Terkadang lawan serasa kawan yang begitu lekat namun menusuk dari belakang. Justru mereka yang kita anggap lawan ternyata kawan yang melindungi. Bergaul dengan manusia memang tidak mudah, karena mereka menyimpan sesuatu dalam hati mereka yang hanya Allah dan orang itu saja yang tau isi hati mereka. Kita hanya bisa menebak dan memprediksi seperti apa orang yang ada di sekitar kita.

Urusan memilih teman sebenarnya telah diingatkan oleh Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Jika banyak bergaul dengan penjual minyak wangi, kita akan tertular wanginya. Kalau bergaul dengan penjual bawang, maka akan tertular bau bawangnya. Ini artinya berhati-hati dalam bergaul. Bisa saja teman yang selama ini kita anggap sebagai orang yang dapat dipercaya ternyata punya agenda tersembunyi. Orang yang justru kita anggap lawan malah menjadi orang yang bisa melindungi diri kita sendiri. Urusan memilih teman bergaul ini yang membuat kita harus ekstra hati-hati dalam memberikan informasi penting. Terutama urusan pribadi. Mungkin saja kawan jadi ember bocor. Tapi bagaimana memilih teman? Itu urusan yang mungkin sangat rumit. Ada yang memilih bergaul dengan siapa saja, tanpa harus memilih kawan atau lawan. Semua dianggap punya kualitas hati yang sama. Ada juga yang super selektif dalam bergaul dengan siapapun.

Kasus memilih teman memang tidak mudah, karena bisa saja kita terlalu berlebihan dalam menilai seseorang yang dapat dijadikan teman. Bahkan terkadang kita memilih teman sesuai dengan karakter kita sendiri. Tentu orang yang cenderung tertutup, akan lebih memilah-milah siapa yang dapat dijadikan teman. Kalau orang terbuka, justru terlalu mudah untuk ditebak orang lain. Justru orang seperti mungkin saja tidak punya sahabat yang terlalu lekat. Toh, semua orang bisa mengetahui keadaan dirinya, karena lebih senang bercerita tentang dirinya. Lalu, kita harus jadi seperti apa? Itu sih pilihan kawan masing-masing. Saya sih lebih cenderung menjadi pribadi yang kedua. Hahaha

Leave a comment