Antara Bimbingan dan Nongkrong

It’s nearly end of the graduation year in Teknokrat. November ceria jadi November dag-dig-dug-serr. Bulan ini adalah bulan penentuan apakah para mahasiswa di Teknokrat sudah layak untuk diwisuda tahun ini. Para mahasiswa dan pembimbing berjibaku perpacu dengan waktu untuk menyelesaikan penelitian masing-masing. Saya sendiri tidak luput dari kondisi itu. Mahasiswa bimbingan saya harus lulus tahun ini. It’s almost like mission impossible. Waktu kami hanya tersisa sebulan dan itu sudah lewat karena batasnya dimulai dari bulan Oktober kemarin. Sekarang saya harus memastikan semua mahasiswa saya harus lulus tahun ini.

Membimbing di sela-sela kesibukan kampus yang super duper padat memaksa saya harus menggunakan segala macam cara dan pendekatan untuk melakukan bimbingan. Mulai dari pertemuan lewat aplikasi Whatsapp, Drive, sampai dengan kumpul di rumah saya. Malam ini saya meminta mahasiswa bimbingan saya untuk berkumpul di Dunkin Donuts. Alasannya sederhana karena cuma Dunkin Donuts yang punya akses internet lumayan cepat dan buka 24 jam. Sampai tulisan ini diposting, kami masih diskusi untuk menyelesaikan skripsi masing-masing.

tim babe
Tetap semangat demi toga dan wisuda

Bimbingan cara ini lumayan butuh biaya, karena tidak mungkin datang ke Dunkin hanya untuk dapat akses wifi tanpa beli produk mereka. Sama saja dengan nongkrong, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Bimbingan skripsi. Saya harus keluarkan biaya untuk mereka, tidak mungkin meminta mahasiswa bimbingan saya untuk membelikan saya minuman. Justru saya yang harus membelikan mereka makanan dan minuman. Tapi sayang, digit di rekening masih belum menembus 12 digit, jadinya BDD (Bayar Dewe Dewe) hahaha. Untungnya Dunkin punya paket beli 9 gratis 9, jadi saya cukup keluarkan sedikit untuk dapat yang banyak. Di saat-saat sempit seperti ini harus ekstra kreatif.

tim babe 2017
Wajah-wajah para pejuang skripsi

Rasanya susah meninggalkan kebiasaan saat kuliah dulu. Bimbingan sambil nongkrong. Saya ingat sekali ketika masih ikut di Lab Winner ITB, kami sering sekali ditraktir oleh dosen pembimbing. Mungkin karena dosen saya punya banyak proyek jadi mentraktir mahasiswa bimbingan bukanlah hal yang berat bagi mereka. Kalau saya, dosen yang belum punya proyek. Penelitian pun belum jebol. Adanya dompet yang jebol hahaha. Jadi, kalau sudah nongkrong dengan bimbingan saya, masih pake cara BDD tadi. Semoga suatu saat bisa mentraktir mahasiswa bimbingan saya setiap kali bimbingan di luar kampus. Ini juga untuk menjalin chemistry dengan mereka supaya proses bimbingan bisa berjalan lancar. Jadi kalau sudah dekat, dicaci maki sekalipun karena revisian yang gak kelar-kelar tak apa. Tak sakit hati. Ini yang coba saya bangun. Lewat nongkrong banyak yang bisa saya gali dari mereka, sekaligus saya bisa menyedot aura muda mereka untuk membuat saya tetap muda dalam jiwanya. Usia boleh tua, tapi jiwa tetap harus muda. Itu aja sih hahaha.

Leave a comment