[101% Indonesia #62] Hotel Prodeo

062

Acara Mata Najwa di Metro TV pernah melakukan liputan langsung ke penjara Suka Miskin dan beberapa penjara di Jakarta. Penjara yang diliput langsung ini bertujuan untuk mengetahui rumor yang berkembang di masyarakat bahwa lapas khusus koruptor ternyata menyediakan fasilitas wah untuk penghuninya. Selain itu, kasus Artalita juga menguatkan dugaan bahwa ada perlakuan khusus bagi mereka yang mau membayar (baca: menyogok) sipir di penjara. Ya kita pastinya pernah melihat di televisi kasus tersebut. Nah, di acara Mata Najwa juga terjadi hal yang sama. Ternyata beberapa narapidana mendapatkan fasilitas khusus, misalnya kunci gembok khusus, alat komunikasi, laptop, kasur empuk, dan banyak lagi. Lalu publik bertanya, apakah ini potret keadilan di negeri ini?

Saya sendiri tidak heran dengan fenomena ini. Sejak dulu penjara bukan untuk membuat orang jahat jera, tetapi untuk membuat penjahat mengurangi aksi mereka di luar. Kalau sudah keluar, pasti akan terulang lagi. Kriminal kecil mungkin akan meninggalkan efek jera, tetapi kalau sudah urusan korupsi dan sejenisnya akan sulit hilang. Setelah keluar pun, mereka akan menikmati kekayaan hasil rampok kas negara. Makanya penjara yang memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi narapidana disebut Hotel Prodeo. Prodeo yang berarti untuk Tuhan atau gratis. Akhirnya penjara menjadi tempat untuk menuhankan kemaksiatan.

Saya ingin membahas asal muasal mengapa Penjera berubah menjadi Hotel Prodeo. Ternyata pada awalnya Penjera ini adalah tempat untuk membuat pelaku kejahatan merasakan siksaan yang dahsyat. Namanya saja Penjera, dari kata Jera alias kapok. Kamar mereka kotor dan tidak berkeramik. Bukan hanya itu, kamar narapidana termasuk kecil sekali untuk tidur sampai-sampai kaki mereka harus tertekuk. Makanya kita sering menggunakan istilah meringkuk dan mendekam karena hal itu yang terjadi pada narapidana. Teringat lagu Koes Ploes yang pernah dilarang oleh Presiden Soeharto karena liriknya tentang kehidupan dalam penjara. Oh ya, Penjera ini berubah menjadi Penjara karena penyebutannya yang lebih mudah. Lalu, Penjara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas. Perubahan ini juga membuat kondisi dalam Lapas lebih longgar dari kondisi di penjara. Narapidana diberikan keterampilan dan sedikit kemudahan agar suatu saat mereka kembali ke masyarakat bisa diterima. Lalu apa hasilnya? Ya seperti sekarang ini. Tidak jarang mantan narapidana akan kembali ke perilaku awal mereka lagi. Miris ya.

Lalu kenapa bisa menjadi Hotel Prodeo? Istilah ini digunakan untuk menggambarkan betapa nyamannya kondisi lapas untuk orang yang mau membayar. Bak hotel mewah ala penjara. Bahkan seperti kasus Gayus Tambunan, narapidana masih bisa keluar lapas untuk menonton pertandingan tenis di Bali. Kalau menurut Om Arbain Rambey sih, kasus itu sengaja direkayasa untuk tujuan tertentu oleh pihak tertentu. Siapa dan untuk apa? Tidak ada yang tau. Hanya Allah yang Maha Tau.

Kita boleh miris mendengar cerita seperti itu. Inilah potret nyata negeri titisan surgawi ini. Apa yang boleh dilakukan oleh diri kita masing-masing? Tentunya berbuat baik dan mengajak pada kebaikan saja deh. Jangan mengukur segala sesuatu dengan sudut pandang uang karena inilah sumber keburukan. Di samping itu, masih banyak indikator penentu yang mempengaruhi perilaku manusia. Kita sih hanya bisa berdoa saja agar Allah SWT menjaga keluarga kita dari perilaku buruk yang bisa berakhir di penjara. Kalau kawan bagaimana?

6 thoughts on “[101% Indonesia #62] Hotel Prodeo

      1. Saya sih percaya Teh, masih banyak yang punya kemauan untuk mengubah negara tercinta ini menuju arah lebih baik. Enaknya mulai dari apa yang bisa kita lakukan sesuai kemampuan dan kapasitas. Abis itu berkolaborasi. Nanti akan muncul pemimpin masa depan di sana. Siapa tau saya salah satunya? hehehe,,doakan ya Teh 😀

        Like

Leave a comment