Ada Apa Dengan Jokowi?

Jika kita melihat kembali 10 tahun terakhir di Indonesia, kondisi negara kita telah menghadapi banyak tantangan dari dalam maupun dari luar. Entah itu perihal ekonomi, politik, hukum, kemanusiaan, dan banyak lagi. Dari semua yang terjadi, ada satu sosok yang menjadi sentralnya, yaitu Presiden Jokowi. Tidak bisa dipungkiri bahwa apapun yang terjadi pada kondisi negara kita tidak bisa dilepaskan dengan sosok satu ini. Sekalipun ada beberapa tokoh lain yang menurut hemat saya ada pengaruh besar terhadap setiap keputusan pak Jokowi. Tapi, Jokowi Effect tidak bisa dilepaskan dari dinamika bernegara kita saat ini. Lalu mengapa saya membahas Jokowi Effect ini? Dialah tokoh yang akan bertanggung jawab atas semua kondisi bernegara kita saat ini.

Kalau kawan bertanya apa sebenarnya Jokowi Effect yang saya maksud. Saya katakan bahwa apapun percakapan yang terjadi di sekeliling kita tak pernah lepas dari pak Jokowi. Bahkan nantinya bagi kawan yang menjadi fans berat pak Jokowi, pastinya bisa bereaksi terhadap tulisan ini. Apa masalahnya dengan Jokowi Effect kalau ternyata hasilnya baik? Contohnya jalan di Lampung yang sempat viral, pemerintah provinsi bereaksi pada pelapor, tetapi begitu dikunjungi oleh pak Jokowi, langsung ada perbaikan. Ini salah satu efek baik. Tapi kalau ingin dihitung, efek baiknya, ternyata lebih banyak efek buruk yang ditimbulkan. Kenapa? Kita bernegara dengan bergantung pada sosoknya saja. Akhirnya semua pembangunan yang dilakukan hanya untuk memuaskan sosoknya, bukan untuk memuaskan masyarakat yang berhak terhadap pembangunan itu. Contoh lagi, jalan berlubang di Lampung (karena saya domisili di Lampung) tiba-tiba hilang dalam sekejap karena agenda kedatangan pak Jokowi. Namun kualitasnya parah sehingga cukup beberapa bulan saja tambalan lubangnya rusak. Okelah mungkin ini terlalu menyoroti sisi subjektivitas saya sebagai orang yang tidak mendukung Jokowi sejak pencalonannya di tahun 2014.

Lalu seperti apa Jokowi Effect hari ini? Ternyata masih berlanjut dan semakin kuat mengerogoti negara ini. Dapat dilihat dari beberapa unsur kenegaraan yang terlihat melanggar etika dan aturan hukum tetapi dibiarkan. Contohnya saja ketika beberapa orang di kabinet beliau maju di kontestasi Pilpres, tetapi tidak diminta untuk berhenti. Secara aturan dibolehkan, tetapi secara etika sebenarnya ini mencederai harkat dan nurani bangsa. Bagaimana mungkin seseorang yang maju ke kontes politik tetapi masih mempertahankan jabatannya. Besar sekali kemungkinan bahwa dia tidak lagi fokus dengan tugas kenegaraannya karena terlalu sibuk dengan memikirkan elektabilitasnya. Belum lagi saratnya kemungkinan untuk memanfaatkan fasilitas negara untuk berkampanye. Pun, akhirnya ada yang terbukti tetapi tidak disentil oleh Bawaslu dan KPU. Melanggar peraturan kampanye tetapi tidak diberi sanksi karena pelanggarnya adalah sang Putra Mahkota. Belum lagi netralitas ASN, TNI dan Polri yang meragukan. Bukan rahasia lagi bahwa ada instruksi yang masif dari atas untuk menggerakkan aparatur negara dalam memenangkan salah satu paslon. Tetapi semua dibiarkan saja, karena efek dari satu orang yang memegang kekuasaan tertinggi di negara ini. Padahal dia lupa bahwa pemilik kekuasaan tertinggi di negara adalah rakyat.

Ini hanya opini, tentu bukan bermaksud untuk pencemaran nama baik karena sebagai seorang pemimpin negara sudah seharusnya siap dengan kritikan dan opini dari warga negaranya. Bagaimana menurut kawan?

Leave a comment