Debat Cawapres, Apakah Ada Dagelan atau Justru Sengit?

Hari ini 22 Desember 2023, tentu jadi momen yang ditunggu oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Apalagi kalau bukan Debat Calon Wakil Presiden. Dari sejak awal isu tentang debat cawapres ini santer dibahas oleh banyak kalangan karena adanya perubahan format yang dicanangkan oleh KPU atas desakan tim kampanye paslon 02. Debat cawapres yang sebelumnya dilakukan hanya oleh cawapres sendiri, kini diubah didampingi oleh Capresnya. Alasannya sih biar menunjukkan kekompakan antar calon sekalipun yang lebih banyak porsi bicaranya adalah cawapres. Tapi, kalau melihat blunder yang berkali-kali dilakukan oleh Gibran, rasanya perlu menyelamatkan muka cawapres satu ini dari dipermalukan saat debat. Kalau saya melihat kemampuan Gibran untuk mengutarakan pendapat sangat “tekstual”, artinya tergantung pada teks contekan. Terlebih lagi saat debat tidak mungkin ada prompter yang menuntun dia dalam berbicara. Seingat saya, dari apa yang telah diamati selama ini, cawapres yang satu ini sangat minim bicara. Bahkan saat ditanya oleh wartawan pun, dia seringkali terburu-buru ingin “kabur” dari pertanyaan wartawan. Belum pernah saya melihat gagasan yang tertuang dalam visi-misi 88 halaman itu disampaikan oleh Gibran dalam diskusi atau pertemuan dengan masyarakat. Justru yang dipertontonkan hanya bagi-bagi susu dan makan siang saja.

Kalau ingin melihat pada Asta Cita (8 Misi) Prabowo-Gibran, sebenarnya sangat banyak yang bisa dijadikan bahan diskursus dan digaungkan oleh mereka. Tetapi, karena anggapan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia lebih suka dengan gimmick dan bagi-bagi ransum, maka Asta Cita ini menjadi hanya sebagai pemenuhan kewajiban saja sebagai paslon ke KPU. Berbeda dengan paslon 01 dan 03. Visi-misi mereka tergambar jelas dalam setiap pertemuan kampanye yang dilaksanakan di berbagai daerah. Bahkan menurut hemat saya, Paslon 01 justru mengubah peta permainan kampanye untuk saat ini. Belum pernah ada dalam sejarah kampanye Pilpres kampanye dilakukan dengan bentuk diskusi langsung dengan masyarakat dan terbuka untuk semua kalangan. Bahkan acara Desak Anies dan Slepet Imin ini menjadi ajang yang tumpah ruah peminatnya. Ini salah satu indikator bahwa sebenarnya rakyat Indonesia lebih terbuka terhadap diskusi ketimbang acara dangdutan atau musik berbungkus kampanye.

Kalau kita berkaca pada Pilpres sebelumnya, acara kampanye dilakukan di lapangan luas dengan mengerahkan massa yang begitu banyak hanya untuk mendengarkan orasi dari paslon. Itupun lebih banyak diisi dengan konser dangdut atau bagi-bagi doorprize. Saat ini, yang sangat dibutuhkan adalah visi-misi paslon dibedah habis-habisan untuk melihat apakah dokumen visi-misi yang dibuat bukan hanya pepesan kosong belaka. Di sinilah kita bisa melihat kualitas paslon, dan tidak dalam bentuk gimmick “gemoy” atau “politik riang gembira”. Dan di sini jugalah seharusnya kita bisa melihat seperti apa pemimpin Indonesia masa depan. Jangan sampai kita memilih tanpa melibatkan pemikiran rasional. Bukan saatnya lagi kita pilih pemimpin yang miskin gagasan (baca: Planga Plongo).

Debat malam ini menurut saya akan mengubah peta dukungan terhadap paslon. Harapannya KPU tetap netral walaupun saya sendiri sangat meragukan itu. Ingin sekali melihat Gus Imin dan Mahfud MD mengupas habis Gibran yang selama ini belum terlihat kemampuan dalam memberikan gagasan. Walaupun TKN Paslon 02 sesumbar mengatakan bahwa akan ada kejutan dari Gibran saat debat nanti dan akan membungkam lawannya dalam berdebat. Apakah akan benar seperti itu atau malah kita terkejut karena debat malam ini memalukan dan menggelikan. Kita lihat saja nanti. Apalagi tema debat malam ini tentang ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan. Kita ingin sekali melihat apakah sang Wali Kota Solo mampu memaparkan bagaimana solusi ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital. Jangan sampai masih membahas tentang solusi ekonomi digital adalah mendorong penggunaan cryptocurrency. Setidaknya menjadi Walikota harus paham bagaimana pengelolaan keuangan daerah untuk peningkatan infrastruktur perkotaan. Walaupun kenyataan yang terjadi bahwa “keberhasilan” pembangunan Solo tidak lepas dari campur tangan pemerintah pusat. Baca ini (Daftar Lengkap Belasan Proyek “Pusat” di Solo Saat Gibran Menjabat)

Bagaimana menurut kawan sekalian? Apakah bakal sengit atau justru menggelikan? Sila berkomentar.

Tautan Unduh Visi-Misi Paslon

Visi Misi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar –> KLIK

Visi Misi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka –> KLIK

Visi Misi Ganjar Pranowo-Mahfud MD –> KLIK

Leave a comment