Merayakan 13 Tahun Bersama, Masih Terasa Baru

Saya ingat ketika 22 Januari 2011 dulu. Ketika akan menghadap penghulu, saya belum sempat di-briefing bagaimana mengucapkan akad nikah. Beruntung sekali waktu itu ada yang men-towel saya dari belakang, dialah mbah Imam Subahak, kakek dari calon istri saya saat itu. Lewat tutorial singkat saya coba hafalkan kalimat akad, yang versi pendek karena kalau versi panjang takutnya belibet ngomongnya hehehe. Selang satu jam setelah itu, resmilah saya memperistrikan wanita bernama Ike Rhima Wulan.

Awal pernikahan kami harus dapat ujian terbilang berat karena saat itu istri tercinta ditabrak mobil saat pulang berbelanja di pasar. Saat itu, saya sedang mengajar di kelas lalu mendapatkan telepon dari nomor tak dikenal. Alangkah kagetnya ternyata itu panggilan dari rumah sakit, menyampaikan istri sedang terbaring di ICU. Tulang lengan kanannya patah karena benturan keras akibat tabrakan. Hampir saja dia cacat karena trauma saraf. Tapi alhamdulillah setelah 6 bulan sembuh karena terapi mouse. Ya, mouse komputer yang digunakan di kantornya membuat saraf dan ototnya kembali normal seperti biasanya. Lalu kehidupan kami berjalan normal sekalipun harus LDR (Long Distance Relationship) karena dia bekerja di Kabupaten Way Kanan dan saya di Kota Bandar Lampung. Kami terpisah jarak dan waktu, perlu 5 jam perjalanan darat untuk bisa bertemu. Apalagi setahun setengah setelah menikah, saya harus melanjutkan studi di kota Bandung. Ini juga yang menjadi alasan mengapa selama itu kami belum punya momongan. Salah satunya karena stress kerja yang mengganggu kualitas hubungan kami.

Tapi entah, setelah kuliah di Bandung, liburan bersama membuat kami lebih rileks dalam hubungan rumah tangga. Tak selang beberapa lama, hadirlah putri kami Mahira di tahun 2013. Lalu 5 tahun berikutnya lahirlah sang adik, Fatih. Lengkap sudah kalau kata orang, tinggal tunggu bonusnya. Entah kenapa kalau sudah punya anak lelaki dan perempuan maka lengkap semua impian momongan. Padahal kalaupun diberikan perempuan lagi tak masalah bagi kami. Kini di tahun 2024, ternyata sudah terlewatkan banyak cerita yang mungkin tak bisa saya ceritakan semua di sini. Pengalaman hidup kami jalani, dan alhamdulillah kami bisa jalani dengan rasa syukur. Prahara dalam rumah tangga tentu ada. Pernah juga kami bertengkar hebat layaknya biduk diterpa badai besar dan untungnya tak sampai karam di dalam lautan kehidupan. Kapal rumah tangga kami mungkin ada kebocoran sana-sini, tapi masih bisa ditambal dan diperbaiki. Selalu ada ruang untuk perbaikan, tak boleh kami katakan sempurna.

Cerita 13 tahun bersama, ternyata jika dipikirkan, tak terlalu lama karena terlewat begitu saja. Tak kami sadari waktu berlalu dengan cepat, seolah baru beberapa tahun lalu kami mulai berlayar bersama. Tak banyak yang berubah, hanya berat badan saja yang bertambah. Bahkan hari bahagia ini kami rayakan dengan makan empek-empek dan mendoan. Tak perlu kue tart ataupun kejutan di restoran mewah. Belum ada dana untuk ke sana. Saya belum menjadi suami dan ayah terbaik untuk istri dan anak-anak. Tapi begitulah kehidupan yang terus berputar, terkadang ada kalanya mental dan perasaan terjerembap di palung derita, dan adakalanya naik ke puncak bahagia. Tak akan pernah sempurna kehidupan rumah tangga kami, kecuali hidup kembali dalam keabadian bersama. Semoga usia ini tetap bertambah hingga tua bersama, lalu mati dengan penuh arti.

Happy 13th Anniversary my Love, Ike Rhima Wulan. Your only husband, Muhammad Bakri.

Leave a comment